JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Partai Golkar Aburizal
"Ical" Bakrie menyinggung soal pencalonannya sebagai presiden dalam
pidato politiknya pada acara Rapat Pimpinan Nasional V Partai Golkar.
Ical mengaku sadar pencalonannya menjadi presiden penuh dengan dinamika.
"Jika perjalanan Partai Golkar cenderung mulus menuju Pemilu
2014, perjalanan capres Partai Golkar lebih mengandung dinamika dan
mengundang percakapan publik yang cukup baik," ujar Ical di acara
Rapimnas V Partai Golkar di Jakarta, Jumat (22/11/2013).
Melihat
dinamika itu, Ical mengaku berbesar hati dan menatap ke depan dengan
semangat dan gairah. Ical juga mengutip sebuah ungkapan dari Sulawesi
Selatan.
"Sudah saya katakan, saya kembangkan layarku pantang untuk surut kembali," imbuh Ical.
Dia
menuturkan, kritik itu dia anggap sebagai tantangan untuk bekerja lebih
keras. Ical juga menyoroti soal lembaga survei yang disebutnya kerap
membingungkan orang awam. Menurut Ical, hasil survei itu belum tentu
benar.
"The truth depends on the eye of the holder (kebenaran itu tergantung mata yang melihat)," kata Ical.
Pengusaha
dan pemilik Grup Bakrie ini mengingatkan bahwa pemilihan presiden masih
tujuh bulan lagi. Ia juga menuturkan, politik masyarakat masih sangat
cair.
"Momentum bisa datang dan pergi begitu saja. Publik bergonta-ganti pilihan cepat, seperti coba baju di pasar kaget," ucapnya.
Baginya,
pemilihan presiden bukan hanya soal data dan survei, juga bukan soal
menang dan kalah, melainkan dedikasi dan pengabdian kepada masyarakat.
Pencalonan Ical sebagai presiden memang kerap menimbulkan kritik
lantaran elektabilitas Ical yang masih belum mengalahkan Jokowi dan
Prabowo Subianto.
Kritik pun dilontarkan dari kalangan internal
Partai Golkar. Suhardiman, pendiri Partai Golkar, bahkan menyarankan
Ical tidak memaksakan diri untuk menjadi calon presiden. Suhardiman
menilai Ical sulit memenangi pertarungan Pilpres 2014.
"Jika Ical
tetap memaksakan diri maju pada Pilpres 2014, sulit untuk menang, hanya
akan buang waktu dan uang saja," kata Suhardiman di Jakarta seperti
dikutip Antara, Kamis (21/11/2013), menjelang penyelenggaraan Rapimnas V Partai Golkar pada 21-23 November 2013.
Suhardiman,
yang juga pendiri dan Ketua Dewan Penasihat Sentral Organisasi Karyawan
Swadiri Indonesia (SOKSI), organisasi kemasyarakatan pendiri Partai
Golkar, itu menambahkan, sebaiknya Ical menjadi king maker atau orang yang mempersiapkan tokoh lain menjadi presiden.
"Ical jangan jadi king, tetapi jadi king maker," kata satu-satunya pendiri Partai Golkar yang masih hidup ini.
Menurut
mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung itu, secara sosiologis, figur
yang memenangi pilpres di Indonesia masih didominasi oleh capres yang
berasal dari Jawa. Alasannya, mayoritas penduduk Indonesia tinggal di
Pulau Jawa. Suhardiman mengingatkan agar Partai Golkar tidak mengalami
kekalahan lagi dalam pilpres secara langsung sebagaimana pernah terjadi
pada Pilpres 2004 (meskipun menang pada Pemilu Legislatif 2004) dan
Pilpres 2009.
Untuk itu, Suhardiman meminta Rapimnas Partai
Golkar bersikap realistis dengan tidak memaksakan pencapresan Ical.
Lebih baik, kata Suhardiman, Ical mendukung tokoh muda potensial dari
internal partai maupun dari partai lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar