Jumat, 22 November 2013

Pengamanan Jaringan Komunikasi Diminta Diaudit

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia pernah berencana membangun sistem pengamanan terhadap teknologi komunikasi dan informasinya. Namun, upaya yang disebut digagas bersama Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI) itu kandas di tengah jalan.
Demikian disampaikan Anggota Dewan Pakar IATI Aswin Sasongko dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (22/11/2013), menyikapi penyadapan yang dilakukan intelijen Australia terhadap sejumlah pejabat Indonesia, salah satunya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Rencana tersebut, lanjut dia, dicanangkan tahun 2000-an. "Teknologinya kita namakan GSI, Governement System Information," ujar dia.
Dengan sistem tersebut, katanya, pemerintahan akan mempunyai jaringan komunikasi khusus yang terlindungi sehingga pihak luar tidak akan mudah menyadap.
Banyak penyebab kegagalan proyek tersebut. Salah satu faktor utamanya, ucapnya, adalah teknologi yang masih sangat mahal. Saat itu, infrastruktur teknologi yang dimiliki indonesia juga masih kurang mumpuni.
"Waktu itu kesadaran akan pentingnya teknologi informasi juga masih sangat minim, karena teknologi informasi saat itu belum berkembang seperti sekarang," lanjut dia.
Pada akhirnya, karena pengamanan teknologi di bidang informasi dan komunikasi yang kurang, terjadilah kasus penyadapan yang dilakukan oleh Australia dan Amerika. Oleh karenanya, ia menyarankan diperlukan audit teknologi untuk menambal kekurangan tersebut.
"Karena Teknologi Informasi dan Komunikasi yang cepat, sering kita tidak sadar teknologi yang kita pakai tidak aman lagi. Audit teknologi diperlukan untuk kita lakukan secara berkala sehingga dapat melindungi," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar